Monolog Digital di Tepi Layar: Panggung Harapan dan Kehampaan

Karakter

  • ADAM (40-an): Pengguna setia Halo4D. Mengenakan piyama yang tidak terawat, duduk di depan laptop yang layarnya memancarkan cahaya biru dingin. Di tangannya ada secangkir kopi yang sudah dingin.

Latar

Ruang tamu kecil, larut malam. Hanya cahaya layar laptop yang menerangi. Di latar belakang, terdengar suara notifikasi dari perangkat lain.


ADEGAN I: PENGHITUNGAN MUNDUR

(ADAM menatap layar laptop-nya. Di sana, angka-angka hasil draw lotere global sedang berputar. Sebuah widget hitung mundur menuju draw berikutnya di Halo4D berkedip.)

ADAM (Berbisik, suaranya kering) Tujuh belas detik. Tujuh belas detik lagi sebelum dunia ini memutuskan apakah aku masih Adam yang sama, atau Adam yang baru. Adam yang baru tidak lagi melihat harga diskon di supermarket. Adam yang baru tidak lagi khawatir tentang tagihan listrik. Adam yang baru... Adam yang baru adalah fantasi yang kuhidupkan selama tujuh belas detik.

(Ia menggeser mouse, memeriksa kembali deretan angka yang baru saja ia pasang di Halo4D. Angka-angka berdasarkan tanggal lahir ibunya, nomor handphone lama, dan plat nomor mobil yang ia lihat di mimpi aneh semalam.)

ADAM Mereka bilang, lotere adalah pajak bagi orang yang bodoh matematika. Mungkin. Tapi matematika juga mengatakan, bahwa ada probabilitas sekecil apa pun. Dan probabilitas itu... (Ia menunjuk layar) ...adalah satu-satunya pintu yang tersisa bagi orang sepertiku yang bosan dengan matematika kerja keras.

(Hitung mundur mencapai 10 detik. ADAM menyentuh layar, seolah ingin meyakinkan dirinya bahwa itu nyata.)

ADAM Halo4D. Halo. Sebuah sapaan. Sebuah janji. Mereka menjual harapan dengan harga receh. Dan aku, aku membelinya dengan semua sisa idealismeku. Mereka menjamin integritas. Mereka menjamin angka ini—angka 4D ini—akan muncul secara acak, bersih, tanpa campur tangan. Apakah aku percaya pada server mereka? Tidak. Tapi aku percaya pada kemahakuasaan Keacakan. Itu adalah dewa modern.

(5 detik. ADAM menegakkan punggung. Mulutnya sedikit terbuka.)

ADAM Jika aku menang, aku akan berhenti memanggilmu Halo4D. Kau akan menjadi Gerbang Emas. Kau akan menjadi Jembatan yang menyeberangkanku. Jika aku kalah... (Ia tersenyum sinis) ...Kau tetap Halo4D. Mesin dingin yang terus berputar, menunggu korban berikutnya.

(Hitung mundur mencapai Nol. Layar refresh. Angka-angka draw muncul perlahan.)


ADEGAN II: KEHAMPAAN

(ADAM membaca angkanya. Perlahan. Membandingkannya dengan angka yang ia pasang.)

ADAM 2... 8... 4... 1... (Angka yang ia pasang: 2-8-4-7)

ADAM (Tawa kecil, serak) Satu digit. Lagi-lagi satu digit. Tujuh. Hanya angka tujuh yang memisahkan Adam Lama dan Adam Baru. Bukankah itu adalah lelucon yang sempurna? Kedekatan yang menyiksa. Mereka tidak pernah membiarkanmu menang telak. Mereka hanya membiarkanmu hampir. Hampir adalah umpan yang lebih kuat daripada kemenangan sejati.

(Ia menghela napas panjang. Mengambil cangkir kopinya, menyesapnya, dan menyadari kopinya dingin.)

ADAM Ini dia. Kehampaan pasca-draw. Rasanya seperti... seperti bangun di pagi hari dan menyadari bahwa mimpi indah itu hanya loading screen yang salah. Perasaan yang bersih, datar, tanpa emosi. Aku tidak marah. Kemarahan membutuhkan energi yang terlalu banyak.

(Ia mulai menggulir feed hasil draw dari berbagai pasaran di Halo4D.)

ADAM Lihatlah. Seseorang menang di pasaran Singapura. Seseorang di Sydney. Jutaan berpindah tangan. Dan aku, aku hanya seorang penonton di bioskop yang terlalu larut malam. Apakah mereka nyata? Para pemenang itu? Tentu saja. Tapi di benakku, mereka adalah karakter fiksi yang diciptakan oleh Halo4D untuk membuatku tetap berada di kursi ini.

(Ia membuka fitur chat di situs Halo4D, tetapi tidak menulis apa-apa. Ia hanya menatap kolom ketik.)

ADAM (Ke chat window) Aku ingin bertanya, "Mengapa harus 1?" Tapi aku tahu jawabannya: Karena itulah keacakan. Aku ingin bertanya, "Apakah kalian bahagia sekarang?" Tapi aku tahu mereka adalah bot layanan pelanggan yang dibayar per jam.

(ADAM menutup chat window tanpa mengirim pesan. Ia membuka kolom deposit.)


ADEGAN III: SIKLUS

(ADAM mulai memasukkan angka deposit baru. Jumlahnya kecil. Terukur. Cukup untuk putaran berikutnya.)

ADAM Dan inilah siklusnya. Ritual yang menjebak. Aku tidak lagi bertaruh untuk uang, tapi untuk rasa harapan yang datang di detik-detik menjelang draw. Perasaan bahwa segalanya masih mungkin. Itulah yang mereka jual dengan sangat cerdik.

(Ia memasukkan kode konfirmasi transaksi. Layar menunjukkan saldo telah bertambah.)

ADAM Baiklah. Aku akan mencoba pasaran Hong Kong. Kali ini, aku akan menggunakan angka acak murni. Tidak ada lagi nostalgia. Tidak ada lagi plat nomor. Hanya angka. Aku akan menghadapi keacakan dengan keacakan. Duel yang adil.

(Ia mulai memasukkan deretan angka baru. Sebuah ekspresi tenang muncul di wajahnya. Ada kedamaian dalam penerimaan takdir.)

ADAM (Tersenyum tipis, ke arah penonton) Sampai jumpa lagi di tepi layar. Sampai jumpa di ambang batas antara Adam Lama dan Adam Baru. (Ia menekan tombol Confirm.)

(Cahaya layar laptop memancar lebih terang, menyelimuti ADAM. Blackout.)

Lebih baru Lebih lama